Munaswir: RSUD Haulussy Harus Belajar Dari RS Piru dan Masohi


AMBON – BERITA MALUKU.
Belum dibayarkan insentif tenaga Kesehatan (Nakes) Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. M. Haulussy Ambon, masih menjadi problem, yang harus segera di selesaikan. 


Pasalnya mulai dari bulan Maret penanganan Covid-19 di RS berplat merah itu, sampai saat ini, insentif Nakes baru hanya di bayarkan dua bulan, yaitu maret dan April, sedangkan sisanya dari Mei hingga akhir penghujung tahun ini belum juga ada tanda-tanda kejelasan pembayaran. 


Menyikapi hal ini, Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Maluku, Andi Munaswir, kepada awak media di baileo rakyat, Karang Panjang, Ambon, Kamis (10/12/2020), mengatakan Insentif Nakes dibayar menggunakan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tambahan atau Dana Alokasi Khusus (DAK) non Fisik. 


Untuk itu, wakil rakyat dari Maluku Tengah ini, mengingatkan RSUD dr. M. Haulussy, sebelum pergantian tahun, insentif Nakes sudah seharusnya di bayarkan. 


Menurutnya, RSUD dr. M. Hauluss seharusnya belajar dari RS Piru, Seram Bagian Barat, dan RS Masohi, Maluku Tengah. Pembayaran hak-hak Nakes berjalan lancar, untuk Insentif di kedua RS tiga bulan sudah sudah langsung di bayarkan.


“Masa di kota Ambon dengan sumber daya manusia mempuni, masa kalah dengan kabupaten, itu kan lucu,” ujarnya. 


Terkait Tenaga opeteker di RSUD Haulussu tidak diakomodir dalam pembiayaan insentif Nakes di RSUD dr. Haulussy, sebagai seorang apoteker, Munaswir menyesalkan hal itu, hanya di RSUD Haulussy yang tidak di bayar, sedangkan apoteker di RS lainnya seperti Piru dan Masohi di bayarkan.


Bahkan ia mempertanyakan kenapa apoteker tidak di masukan dalam penerima insetif, sesuai alasan alasan RSUD dr. M. Haulussy karena tidak melayani pasien Covid-19, padaha mereka terlibat daam penanganan Covid-19, dengan menyediakan dan mendistribusikan obat. 


“Emang yang menyediakan obat dari Dokter, kan tidak, apoteker yang menyiapkan obat dan mendistribusikan. Di daerah lain karena mereka yang melakukan pelayanan kefarmasian, bukan orang lain. Jadi alasannya karena tidak menangani pasien Covid-19 secara langsung, alasan tidak masuk akal, masa seorang apoteker tidak melakukan pelayanan kefarmasian, pasien covid-19 kan lucu, sedangkan pasien mendapat obat dari apoteker,” pungkasnya.

Subscribe to receive free email updates: