Irene Handono, Biarawati Palsu Yang Beri Kesaksian Palsu!

Irene Handono: Biarawati Palsu yang Beri Kesaksian Palsu

Penulis : Muhammad Nurdin

Nama Irene Handono mulai banyak dibicarakan dimana-mana. Bukan hanya Irene, masih banyak lagi orang-orang yang mendadak terkenal. 

Ini semua adalah pancaran ke-barokah-an Basuki Tjahaja Purnama. 

Melalui Ahok, mereka yang lantang menyerangnya akan menjadi pusat perhatian. Apalagi kalau menjadi seorang saksi dalam sidang Ahok.

Banyak orang mengenal Irene Handono sebagai seorang mantan biarawati. Saya tidak tahu klaim seperti itu digunakan untuk kepentingan apa? 

Apakah itu untuk mengukuhkannya sebagai pakar kristologi yang kredibel karena ia seorang mantan biarawati? 

Kalau itu tujuannya, maka, sebagai pakar ra(i)sa, saya perlu untuk menguji kebenaran ke-biarawati-an seorang Irene Handono.

Seorang suster yang bernala Suster Lucyana, seorang biarawati dari Biara ursulin Bandung tempat dimana Irene hampir diikrar menjadi biarawati pernah menyatakan bahwa Irene bukanlah seorang biarawati. 

Katanya, Irene belum melewati prosesi “Kleding” yakni penerimaan pakaian suster. Tanpa melewati preses ini, mustahil dapat menjadi biarawati. Dan Irene telah gagal disini.

Klaim sebagai mantan biarawati adalah klaim sepihak. Ini namanya kebohongan publik. Mengada-adakan sesuatu yang tidak ada. 

Hanya mengenyam pendidikan kesusteran beberapa tahun, lalu itu sudah dianggap mewakili. 

Itu sama dengan seseorang yang ngaku-ngaku sarjana, padahal belum buat skripsi. Apakah kesarjanaannya dapat diwakili dengan beberapa tahun masa kuliah tersebut?

Dari titik ini saja, sebenarnya, sangat disangsikan kesaksian dari seorang Irene Handono. 

Tapi, disebabkan ia telah ditunjuk sebagai saksi dalam sidang Ahok, oleh karena itu, mari kita selidiki apakah antara kebohongannya tentang identitas ke-biarawati-annya akan mempengaruhi kesaksiannya di sidang Ahok?

Pertama. Irene menyebut Ahok sebagai gubernur yang banyak merobohkan masjid. 

Saat ditanya masjid mana saja yang dirobohkan? Irene menjawab masjid yang di Marunda. Lalu, Ahok menjawab bahwa masjid di Marunda dirobohkan karena akan dibangun ulang. Supaya lebih baik dari sebelumnya.

Ini sangat menggelikan. Bagaimana bisa membuat pernyataan yang gegabah seperti itu? Apakah seorang Irene Handono tidak kroscek dulu sebelum membuat pernyataan. Ini sangat dibuat-buat. 

Bahkan, pernyataan itu sangat tidak masuk akal dengan realita yang ada. Ahok bangun masjid dimana-mana. Bahkan, masjid agung provinsi hanya di zaman Ahok bisa dibangun. 

Bagaimana bisa Ahok dituduh suka merobohkan masjid, padahal kenyataannya Ahok malah suka membangun masjid?

Kedua. Irene Handono menuduh Ahok suka melarang kegiatan keagamaan umat Islam di Monas. Tetapi, untuk umat Kristen dibolehkan melakukan paskah.

Ini adalah fitnah. Bukan Ahok yang melarang, tapi peraturan yang melarang semua agama melakukan kegiatan keagamaan di Monas. Sesuai peraturan, Monas itu hanya bisa digunakan untuk kegiatan kenegaraan. Mengapa Irene Handono bisa semudah itu menyimpulkan? Lalu membuat klaim-klaim yang seakan-akan gubernur bertindak diskriminatif.

Ketiga. Katanya, Ahok melarang pelajar memakai jilbab tiap jumat. Ini adalah fitnah yang tak berdasar. Dilemparkan tanpa tabayyun padahal Irene kan seorang ustadzah, tentu paham agama. Tapi, dengan mendengar tuduhan-tuduhannya ini, sudah terukur siapa seorang Irene Handono itu.

Ahok menepis tuduhan tersebut. Kata Ahok, sampai sekarang, sekolah-sekolah bebas memakai pakaian muslim. Malahan, pemprov DKI memberi bantuan yang cukup besar untuk pakaian-pakaian tersebut dari APBD. Jelas sudah. Ini memang fitnah.

Keempat. Irene mengatakan bahwa warga Kepulauan Seribu takut melaporkan Ahok karena telah diberikan fasilitas program budidaya ikan kerapu. Ini sangat tidak berdasar. Irene sepertinya tidak menonton video lengkapnya saat Ahok memberikan pidato di Pulau Pramuka. Sehingga, terlihat bahwa ia memang tak paham apa yang sebenarnya pemprov DKI lakukan.

Ada satu lagi keterangan dari Irene Handono yang membuktikan bahwa ia tidak pernah menontoh video lengkapnya. Dan sepertinya, video editan Buni Yani yang dijadikannya rujukan. Yakni, Irene mengatakan bahwa saat Ahok memberikan pidato di Pulau Pramuka, Ahok, katanya, berkali-kali bilang “pilih saya”. Jelas bukan, Irene Handono tidak pernah nonton video lengkapnya.

Seorang Irene Handono disebut sebagai ustadzah, berarti lebih paham agama ketimbang awam, mengapa dengan gegabahnya membuat keterangan-keterangan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan?

Ini menjadi satu preseden buruk untuk para pemuka agama dan tukang dakwah seperti saya. Ini sungguh sangat memalukan. Memalukan agama Islam yang sangat melarang umatnya memberikan kesaksian palsu. Juga memalukan kalangan pendakwah. Masa dakwah dilakukan dengan kebohongan?

Sudah berbohong tentang identitas ke-biarawati-annya. Kini, Irene Handono berbohong pula tentang kesaksiannya di persidangan. Masa bela agama harus dikotori oleh pekerjaan-pekerjaan keji yang dilarang agama. Ini sama dengan mau membayar zakat tapi dengan uang hasil korupsi. Niatnya bagus, tapi caranya rusak.

Saya ra(i)sa-ra(i)sanya ingin bertanya: Agak-agaknya, saksi-saksi pelapor dalam sidang Ahok adalah orang-orang yang dipilihnya secara asal. Ini hanya memberikan jalan kepada Ahok untuk membuka semua kedok-kedok busuk politik dalam bungkus agama. Carilah saksi pelapor yang agak greget dikit.

Ra(i)sa-ra(i)sanya begitulah.

Selengkapnya :
http://ift.tt/2iczP6c

Subscribe to receive free email updates: