Full Video : Habib Rizieq Ingatkan Umatnya Jangan Sampai Dibohongi Pakai Ayat Al-Quran...

Rizieq Shihab Juga Pernah Ingatkan Umatnya Jangan Sampai Dibohongi Pakai Ayat Al-Quran

Penulis : Daniel H.T. / Kompasianer

Sebagaimana kita ketahui, kasus tuduhan Ahok telah melakukan penistaan agama Islam yang kini sedang panas-panasnya itu, bermula dari pidatonya di depan warga Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada 27 September 2016. 

Ketika itu sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ahok dalam pidatonya berbicara mengenai program budi daya ikan kerapu di Kepulauan Seribu akan tetap berjalan meskipun dia tidak terpilih lagi, Ahok berkata: 

“Jadienggak usah pikiran, ‘Ah nanti kalau enggak kepilih pasti Ahok programnya bubar’. Enggak, saya (jadi gubernur) sampai Oktober 2017. Jadi, jangan percaya sama orang. Kan, bisa saja dalam hati kecil Bapak-Ibu enggak bisa pilih saya. Karena dibohongin pakai Surat Al-Maidah 51macem-macem gitu lho (warga tertawa). Itu hak Bapak-Ibu, ya. Jadi kalau Bapak-Ibu perasaan enggak bisa pilihnih saya takut masuk neraka dibodohin gitu ya enggakapa-apa, karena ini kan panggilan pribadi Bapak-Ibu. Program ini jalan saja.” 

Pernyataan Ahok itu kemudian menjadi masalah besar seperti sekarang ini ketika Buni Yani memenggal video pidato Ahok itu, lalu menulis transkripnya tidak sesuai dengan apa yang diucapkan Ahok, lalu menyebarkannya lewat akun Face Book-nya, lalu dengan cepat menjadi viral di dunia maya. Meskipun hanya menghilangkan satu kata, yaitu kata “pakai”, makna pernyataan Ahok itu sangat jauh berbeda dari yang sebenarnya, dan ia sudah mengakui kesalahannya itu. 

Transkrip yang ditulis Buni Yani itu menjadi: “Bapak-Ibu (pemilih muslim) ... dibohongi Surat Al-Maidah 51 ... (dan) masuk neraka (juga Bapak-Ibu) dibodohi.”

Salah satu tokoh yang paling berperan dalam melontarkan tuduhan Ahok telah melakukan penistaan agama Islam itu adalah Ketua FPI Habib Shihab Rizieq, yang kemudian diperkuat dengan fatwa MUI yang menyatakan atas ucapannya itu, Ahok telah melakukan penistaan terhadap agama Islam, Al-Quran, dan ulama. 

Oleh karena itulah mereka lalu melaknatkan Ahok, menuntut dia harus segera ditangkap dan dipenjarakan, lalu melancarkan aksi demo besar-besaran pada Jumat 4 November 2016 lalu, menuntut proses hukum yang independen dan transparan secepat-cepatnya kepada Ahok. 

Polemik ucapan Ahok itu pun menjadi perdebatan seru, baik di dunia maya, maupun di dunia nyata, yang melibatkan berbagai tokoh: pemuka agama Islam, pakar hukum pidana, dan ahli bahasa. 

Mabes Polri pun dengan cepat, tegas dan transparan melakukan penyelidikan terhadap kasus Ahok ini, dengan telah memanggil untuk didengar keterangan beberapa pemuka agama, pakar hukum pidana, ahli bahasa, dan juga sudah memeriksa Ahok sebagai saksi terlapor, selama 9 jam, kemarin (7/11). 

Susbtansi permasalahan tuduhan Ahok telah melakukan penistaan agama itu adalah ucapan Ahok yang mengatakan: “... dibohonginpakaiSurat Al-Maidah 51.” Apapun penjelasan dan argumen dari pihak-pihak, baik pihak pembela Ahok, maupun pihak yang secara obyektif menilai ucapan Ahok itu bukan termasuk penistaan agama, sudah tidak mau didengar lagi: Pokoknya Ahok harus bersalah, dan dihukum. Titik. Bahkan ada juga yang ingin Ahok itu dibunuh. 

Mereka termasuk pihak yang  menilai ucapan Ahok itu bukan termasuk penistaan agama adalah Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, yang menyatakan, pernyataan Ahok itu memang menyinggung perasaan umat Islam, tetapi bukan suatu penistaan agama (yang menyarankan Ahok lain kali janganlah berbicara tentang ranah agama yang bukan domainnya). 

Seiring dengan berjalannya kasus Ahok ini, yang disertai dengan polemik di antara para pihak tersebut, kini telah beredar pula sebuah video di You Tube mengenai ceramah keagamaan dari Ketua FPI Habib Rizieq Shihab. Meskipun tidak jelas kapan ceramah itu disampaikannya, secara kebetulan dan sangat pas, ternyata Ketua FPI itu juga pernah mengucapkan hal yang secara substantif sama dengan yang pernah diucapkan Ahok di Kepulauan Seribu yang dituduh sebagai penistaan agama itu. 

Di dalam ceramah itu, Rizieq Shibab mengingatkan kepada para pendengarnya agar berhati-hati dalam memilih guru agama, berhati-hati dalam memilih dan mendengar ucapan ulama, karena ada di antara mereka yang sesungguhnya tidak pantas disebut ulama karena keburukannya, dan hanya memanfaatkan dan menggunakan ayat-ayat Al-Quran untuk membenarkan perbuatan mereka itu. 

Rizieq Shihab berkata mengenai ucapan Muhammad Sallahu Alaihi Wassalam, yang menyatakan: 

“Sesungguhnya orang yang paling aku khawatir akan merusak aku punya umat, akan menghancur aku punya umat, aku lebih takut kepada dia daripada kepada dajal. Ini orang lebih bahaya daripada dajal. Nabi ditanya: ‘Siapa, ya, Rasulluah? Nabi menjawab:   ulama su’, ulama yang bejat, ulama yang buruk, ulama yang busuk, ulama yang suka memutar balikkan ayat. Yang menglalalkan yang haram, mengharamkan yang halal. Kaum zindiq, yang menggunakan ayat-ayat Al-Quran untuk membenarkan kemungkaran daripada kebathilannya. ....’ ” 

“Jadi, kata nabi, ini lebih berbahaya dari dajal. Lebih menakutkan dari dajal, saudara! Dia nipu umat pakai ayat Quran, dia nipu umat pakai Hadits Nabi!....”


Jadi, bukankah, Ketua FPI, Rizieq Shihab juga pernah berujar seperti yang pernah Ahok katakan, bahkan dia secara eksplisit menyebutkan “ulama” (tertentu) yang menipu umat  pakai ayat Al-Quran, yang menipu umat pakai Hadits Nabi. 

Sedangkan dalam konteks ucapan Ahok adalah ada orang (pihak-pihak tertentu) yang sengaja menggunakan (pakai) ayat suci Al-Quran, yaitu Al-Maidah 51 untuk kepentingan politiknya semata-mata, terutama dalam kaitannya dengan Pilgub DKI 2017. Sama sekali tidak ada maksud dia untuk menghina agama islam, Al-Quran, maupun ulama. 

Pernyataan  Ahok itu, seperti yang diungkapkan kemudian adalah karena dia trauma dengan pengalaman dia saat mengikuti pilkada 2005 di kota kelahirannya, Bangka Belitung. Ketika itu juga beredar selebaran kertas yang menyebutkan umat Islam dilarang memilih bupati yang kafir, berdasarkan Al-Maidah 51 itu. Atas dorongan Gus Dur-lah yang membuat Ahok tetap percaya diri untuk maju terus, dan terpilih menjadi Bupati Belitung, yang 90 persen (lihat video pernyataan Gus Dur).


Secara logika, Ahok tidak mungkin berniat dengan sengaja menghina agama Islam, Al-Quran, maupun ulama, karena selain dia sangat menghormati keyakinan orang lain – ibu angkat dan saudara angkatnya adalah muslim yang taat – , juga saat ini sudah dekat dengan dengan tanggal 15 Februari 2017, saat berlangsungnya Pilgub DKI Jakarta. 

Ahok masih waras, ia sangat membutuhkan suara warga DKI Jakarta yang lebih dari 80 persen adalah pemeluk agama Islam, bila ia  nekad melakukan penghinaan itu, maka selain ia harus berhadapan dengan umat Islam terutama yang radikal seperti sekarang ini, juga pasti suara yang akan memilihnya anjlok secara luar biasa. 

Argumen saya ini sama dengan argumen dari mantan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Machasin, sebagaimana dikutip Koran Tempo, yang berkomentar tentang kasus Ahok itu:  Dia mengatakan, penyidik akan sulit membuktikan Ahok memiliki niat jahat (mens rea). “Sedangkan kalau dipikir, Ahok sedang perlu suara dalam rangka pilkada, mana mungkin dia sengaja menghina atau menyakiti umat muslim?” ujar guru besar pemikiran Islam dari Universitas Islam Negeri Yogyakarta. Ia justru khawatir pengusutan pengusutan kasus ini rentan diintervensi kepentingan politik. 

Namun demikian, sebagaimana pernah saya tulis di tulisan saya sebelumnya, saya juga punya saran, pengingat buat Ahok: Agar lain kali jangan lagi berbicara dengan menyingung tentang agama, apalagi yang menyangkut keyakinan orang lain, karena selain hal-hal seperti ini sangat sensitif, juga bukan merupakan domainnya. Ahok seharusnya memasang rem di mulutnya, agar bisa jauh lebih berhati-hati dalam berbicara. Kasus ini pasti merupakan pelajaran dan hikmah yang sangat berharga baginya, juga bagi kita semua. 

Sebaiknya kasus ini juga dapat diselesaikan secara kekeluargaan, dengan suatu rekonsiliasi yang diprakarsai Presiden Jokowi, misalnya, dengan mempertemukan semua tokoh penting yang terlibat dan terkait di dalamnya, untuk saling bermaaf-maafkan, saling memahami, dan berikrar mengenai perdamaian dan persatuan demi NKRI ini. *****

Selengkapnya : 
http://ift.tt/2fc35Mu

Subscribe to receive free email updates: