Prabowo, Mega dan Surya Paloh Sudah Makan Di Istana, Bukti Pak Jokowi Tak Perlu Undang SBY...

Prabowo, Mega dan Surya Paloh Sudah ke Istana, Jokowi Tak Perlu Undang SBY

Penulis : Alifurrahman

Setelah sebelumnya mengajak Prabowo dan Megawati berkunjung ke Istana untuk minum teh dan makan siang, kini giliran Surya Paloh yang datang ke Istana. Gara-gara ini saya jadi teringat dengan cerita Ahok yang membedakan dirinya dengan Presiden Jokowi.

Ahok pernah bercerita meskipun dirinya dinilai sangat keras, namun sebenarnya lebih berbahaya Jokowi. “kalau Pak Jokowi itu mau bunuh kodok, dia ga langsung bunuh selesai, tapi ditaru di tempat dingin atau panas dulu, dibuat nyaman, pelan-pelan dielus-elus, sampai dia lupa kalau sudah tak bisa bergerak lagi dan mati,” begitu kira-kira cerita Ahok di Mata Najwa dua tahun lalu.

Sementara Ahok tipe orang yang straight. Pecat ya pecat. Selesai. Tapi kalau ada orang merengek, pasti Ahok juga tidak tegaan. Sebaliknya Jokowi santai, tapi sekali membuat kebijakan, orang mau merengek bagaimanapun dia tak akan berubah pikiran.

Disadari atau tidak, inilah yang terjadi saat ini. Secara perlahan Jokowi menyiksa bathin SBY dan Demokrat. Sejak Jokowi mendatangi Hambalang kemudian naik kuda bersama, SBY sudah galau, resah dan gelisah. Mirip mantan yang ditinggal nikah duluan, harus cari teman bicara sehingga menemui JK dan Wiranto untuk membicarakan sesuatu yang titik-titik (kalau sudah diijinkan dibuka, nanti saya bahas di seword). Sehingga SBY kemudian dengan sadar menyebut “sampai lebaran kuda kasus Ahok tak akan selesai jika tidak diproses secara hukum.

Ditambah lagi Prabowo mendatangi Istana untuk makan siang dan minum teh bersama, duuh Demokrat langsung kejang-kejang. Amir Syamsudin langsung meminta Jokowi untuk segera menemui SBY. Ah masa hanya karena usulan Amir Syamsudin lantas menyimpulkan Demokrat kejang-kejang? Hehe mari kita simak pengakuan Hasto Kristiyanto Sekjen PDIP.

“Memang ada beberapa pihak dari partai Demokrat menghubungi saya menanyakan hal tersebut. Tapi agenda Presiden merupakan kewenangan Presiden.”

Maksudnya adalah, terserah Presiden mau menemui siapa saja. Kalau Presiden tak mau menemui ya tak usah tanya kanan kiri. Seandainya Istana punya calo bertemu makan siang dengan Presiden, mungkin Demokrat tak perlu tanya kanan kiri. Haha

Sementara jawaban Wiranto jauh lebih nyelekit. “kalau kemudian harapan masyarakat sudah sinkron dengan keputusan hukum, seharusnya tak ada alasan bagi politisi untuk melakukan suatu langkah-langkah lain.”

Maksudnya adalah, ini kalau dari kacamata Pakar Mantan yang sangat peka dengan pernyataan-pernyataan politis, ya kalau tidak penting buat apa ketemu? Kan sudah selesai. Damai. Maksud lebih nyelekit, emang siapa SBY? Kan cuma mantan Presiden dan ketua umum partai gurem. Masih lebih kuat posisi tawar Prabowo secara politik. Jadi kalau tak ditemui ya apa salahnya? Kalau mau ditemui juga apa gunanya? Lah wong sudah memprovokasi sampai lebaran kuda sebelum demo 4 November lalu. Nah soal apakah Jokowi akan menemui SBY dan Rizieq, sebenarnya saya juga sudah sempat tanyakan ke informan seword, dan jawabannya tidak. Selengkapnya pernah saya tulis di: http://ift.tt/2fBDDhF

Saya jadi teringat pada Cinta dan Rangga “apa yang kamu lakukan itu jahat!” haha bagaimana tidak. Saat Jokowi ke Hambalang saja, Cikeas sudah guling-guling. Ditambah Prabowo balik main ke Istana, jelas kejang-kejang. Saat Megawati berkunjung ke Istana, orang sudah mulai menebak bahwa mungkin SBY lah tokoh selanjutnya. Sebab di Indonesia setelah Prabowo dan Mega, maka tokoh selanjutnya yang masih punya sisa-sisa pengaruh adalah SBY. Tapi Jokowi malah mengundang Surya Paloh. Sakiiiiiiiit neng. Ini ibarat orang udah kebelet pipis, eh malah orang lain yang lebih dulu dipersilahkan masuk.

Coba perhatikan, apakah PDIP meminta agar Jokowi menemui Megawati atau sebaliknya? No. Apakah Nasdem meminta agar Jokowi menemui Surya Paloh? No. Hanya Demokrat yang meminta agar Jokowi segera menemui SBY. Tapi Jokowi malah menemui Megawati dan Surya Paloh lebih dulu. Padahal sudah ada yang kebelet. Teganya dirimu teganya teganya teganya…. *ala Rhoma.

Terlepas apakah pada akhirnya Jokowi akan menemui SBY atau mengundangnya ke Istana, itu kita lihat nanti. Yang jelas sekarang sudah sangat ketara bahwa Jokowi tak terlalu memperhitungkan SBY. Minimal masih di bawah Surya Paloh. Atau kemungkinan lain ya seperti yang diceritakan Ahok, membunuh kodok dengan cara merebusnya pelan-pelan sampai kodoknya tak sadar sudah tak bisa bergerak dan sekarat.

Terakhir, saya merasa lebih beruntung dari SBY, sebab saya pernah makan siang bersama Presiden Jokowi. Padahal Emak saya sama sekali tidak merengek agar saya diundang makan siang di Istana. Dan buat kader-kader Demokrat, sebaiknya jangan terlalu berharap Jokowi mengundang SBY, sebab semakin berharap kalian berpotensi semakin kejang-kejang.

Selengkapnya :
http://ift.tt/2f3iS1w

Subscribe to receive free email updates: