Prukades Buka Pintu Akses Pasar Masuk Desa

BERITA MALUKU. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo mengatakan, salah satu faktor penyebab desa miskin adalah tidak tersedianya akses pasar di desa. Ia meyakini model bisnis Prukades (Produk Unggulan Kawasan Perdesaan) mampu atasi masalah tersebut.

"Dengan model Prukades, saya panggil Bupati untuk menentukan maksimal tiga produk unggulan. Karena kalau lebih akan tidak fokus. Dengan Prukades itu kita hubungkan ke 19 kementerian/lembaga. Itu saja tidak cukup, kita panggil pengusaha, kita libatkan pengusaha juga," ujarnya pada Seminar Nasional Kawasan Perdesaan dan Nilai Tambah Ekonomi, di Grand Sahid Jaya Jakarta, Kamis (7/12). Demikian siaran pers Biro Humas dan Kerjasama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi kepada media ini.

Menurutnya, geliat ekonomi desa akan menjadi satu modal besar yang kuat untuk menunjang ekonomi perkotaan. Tak hanya itu, ekonomi perdesaan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi negara mengingat desa memiliki area yang jauh lebih luas dibandingkan kota, serta lebih dari separuh penduduk Indonesia berada di desa.

“Nah, kalau lebih dari separuh masyarakat kita di desa ini kita berdayakan ekonominya, ini akan menjadi satu modal yang sangat kuat untuk menunjang ekonomi di kota-kota,” paparnya.

Terkait hal tersebut, Dirjen Pembangunan Kawasan Perdesaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Ahmad Erani Yustika menjelaskan, Prukades sebagai program yang mendorong pengembangan kawasan perdesaan ini, bertujuan untuk membangun kolaborasi agar pengembangan sumber daya ekonomi menjadi lebih optimal. Jika hanya dikembangkan satu per satu desa, produk unggulan dikhawatirkan tidak memenuhi skala ekonomi.

“Yang dimaksud kawasan perdesaan adalah adanya desa-desa membangun kolaborasi untuk membangun optimalisasi sumber daya ekonomi di wilayah tersebut. Dua desa, lima desa, sepuluh desa, atau 20 desa bergabung membangun konsensus untuk mengembangkan ekonominya," ujarnya.

Erani melanjutkan, problem utama pengembangan ekonomi desa adalah persoalan skala ekonomi. Sehingga kolaborasi desa-desa yang tergabung menjadi kawasan perdesaan, diharapkan mampu memproduksi komoditas unggulan yang memungkinkan masuk ke dalam industri manufaktur.

“Nah di situlah nilai tambah ekonomi itu sedang diupayakan, diikhtiarkan, sehingga kesejahteraan menjadi lebih terbuka,” ujarnya.

Senada dengan hal tersebut, Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi (ISEI), Muliaman Hadad mengatakan, semangat dalam mengembangkan ekonomi desa semakin terbuka melalui pendekatan kawasan desa. Orientasinya adalah untuk memperbaiki akses pasar di desa dengan membangun kompetensi sekaligus potensi unggulan desa. Ia meyakini hal tersebut dapat membangun nilai tambah bagi perekonomian masyarakat desa.

“Isu skala ekonomi sangat penting. Karena membiarkan desa bergerak sendiri, mencari pasar sendiri, menurut saya impossible (mustahil). Untuk itu diperlukan upaya agar desa mampu memenuhi skala ekonomi tersebut, sehingga dengan demikian bisa didekati secara komersial. Karena tidak bisa lagi hanya lewat pendekatan sosial, tapi juga pendekatan komersial,” ujarnya.

Subscribe to receive free email updates: