Ridwan Kamil, Pacarannya Sama Gerindra-PKS, Nikahnya Malah Sama Nasdem! Ditelikung Pak Bos?

Jelang Pilkada DKI, saya sempat merasa tidak suka dengan Ridwan Kamil. Karena ada isu dan pertimbangan bahwa dirinya akan ikut meramaikan Pilkada DKI. 

Sederhana saja alasannya, karena di Jakarta sudah ada Ahok Djarot dan mereka terbukti bekerja dengan baik. Lalu untuk apa Kang Emil ke Jakarta? Negara ini perlu sosok-sosok pemimpin baik di semua daerah, jadi tidak boleh saling adu di Jakarta dan melupakan daerah yang lain.


Bahwa kemudian Ahok kalah, saat ini saya juga agak menyesal. Kenapa bukan Kang Emil saja lawannya? Jadi tidak masalah apakah Ahok atau Kang Emil yang menang, sebab keduanya merupakan pemimpin yang terbukti bisa bekerja. Tapi ya sudahlah, kita doakan agar Jakarta tidak semakin mundur setelah ini.

Jelang Pilgub Jabar 2018, Kang Emil sudah secara resmi diusung oleh Partai Nasdem. Sontak saja keputusan ini menimbulkan reaksi yang cukup lebay dari partai-partai yang selama ini sudah pedekate bertahun-tahun dengan Ridwan Kamil.

Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Ferry Juliantono, mengatakan pengusungan Ridwan Kamil oleh Partai NasDem karena dia diintimidasi, Gerindra akan membuka kembali pintunya jika Ridwan Kamil insyaf.

Sementara DPP PKS Jabar, Haris Yuliana mengatakan, “Emil dulu terlalu dekat malah dengan PKS tapi ternyata demikian. Kami tidak meminta Emil insyaf, tapi taubat saja. Soalnya dulu tiba-tiba tidak ada kabar atau apa. Kalau taubat kan barang kali kami bisa terima juga. Taubatan nasuha.”

Gerindra dan PKS sepertinya sangat menyesal sekali karena merasa ditinggalkan oleh Kang Emil. Sehingga mereka kompak berharap Emil insyaf atau taubat. Maksudnya kembali ke pangkuan PKS dan Gerindra sebagai partai yang pernah mengantarkan Emil menjadi Walikota Bandung.

Kisah ini seperti ketika kita sudah melamar orang lain, kemudian mantan gebetan merengek, mengungkit-ngungkit jasanya, dan berharap kita kembali kepadanya. Padahal hanya gebetan.



Begitu juga dengan Kang Emil. Dia bukanlah kader partai Gerindra atau PKS. Jadi statusnya benar-benar hanya setingkat dengan gebetan. Tidak ada kewajiban bagi Emil untuk kembali, tidak ada alasan juga bagi Gerindra dan PKS untuk menuntutnya kembali. Ya selayaknya gebetan, sedekat-dekatnya kalian dengan sang gebetan, pada kenyataan akhirnya, dia adalah manusia bebas yang bebas tertarik atau bahkan menikah dengan orang lain.

Alasan Kang Emil menerima Nasdem sebenarnya sederhana, karena Kang Emil tetap ingin independen. Dan Nasdem mau mendukung, tanpa syarat yang mengharuskan dirinya masuk sebagai kader partai. Alasan inilah yang tidak bisa diberikan oleh Gerindra dan PKS, sebab dua partai ini menyatakan bahwa akan mendahulukan kadernya, serta meminta Kang Emil masuk partainya dulu jika ingin diusung.

Cerita Kang Emil dalam kancah politik Jabar ini sebenarnya sangat klasik dalam sejarah hubungan antar manusia. Betapa banyak perempuan di luar sana, yang kemudian memilih menikah dengan orang yang baru dikenalnya hanya karena mau menerima mereka apa adanya. Meninggalkan kamu-kamu yang terlalu banyak syarat harus tinggal di kota anu, harus mau ini itu dan seterusnya. Banyak sekali.

Keputusan Emil dan Nasdem sudah benar

Sebagai Pakar Mantan, saya menilai keputusan Kang Emil dan Nasdem sudah benar. Karena sejatinya sebuah hubungan adalah tentang saling menerima. Bahwa setelah itu kemudian mantan-mantan gebetan yang kebanyakan syarat itu menyesal, nyonyor kuadrat dan seterusnya, ya biarkan saja. Karena sejatinya, mantan yang nyonyor adalah indikasi mereka sedang menyadari bahwa kita terlalu berharga untuk disia-siakan.

Cerita politik Jabar ini patut kita teladani bersama, demi meminimalisir penyakit sakit hati atau menjadi korban pemberi harapan palsu. Buat kamu-kamu yang saat ini sudah dipacari bertahun-tahun, kemudian dijanjikan akan menikah kalau sudah ini dan kalau sudah itu, sebaiknya mulai membuka peluang bagi orang lain. Karena jika memang ada yang mau menerimamu apa adanya, mengapa harus menunggu dan mempertahankan orang yang menuntutmu dengan banyak syarat?

Terakhir, kepada PKS dan Gerindra, saya harap kalian berdua menjadi mantan gebetan yang baik bagi Ridwan Kamil. Karena jika tidak, mungkin ke depan kalian akan selalu mendapat sindiran-sindiran menohok ala Pakar Mantan. Begitulah kura-kura.

http://ift.tt/2rK9G3x

Subscribe to receive free email updates: