BERITA MALUKU. Aksi tawuran antar sesama pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Namrole, Kabupaten Buru Selatan (Bursel) menyebabkan seorang siswa nyaris tewas.
Sebut saja, Ode Sabarudi, siswa kelas VII SMP ditemukan terkapar di tengah jalan dalam kondisi lebam di beberapa bagian tubuh dan tak sadarkan diri dihajar kelompok siswa lainnya.
Informasi yang diperoleh media ini, Senin (20/2/2017), bahwa aksi kekerasan antar siswa yang terjadi begitu cepat di Namrole, pusat ibukota kabupaten Bursel itu, disaat para pelajar tersebut pulang dari sekolah.
Tubuh bocah malang yang terkapar, kemudian ditolong dan dilarikan para guru ke Rumah Sakit Umum (RSU) Namrole untuk mendapatkan perawatan medis secara intensif.
Salah satu petugas medis di RSU Namrole mengatakan, korban mengalami kekerasan benda tumpul di bagian kepala sehingga tak sadarkan diri. Dan kini korban sementara mendapatkan pertolong pertama.
Wakil Kepala Sekolah SMPN 3 Namrole, Teresya Jeremisa mengaku, perkelahian antara siswanya sama sekali tak diketahui, begitupun latar belakang pemicu perkelahian.
"Tapi yang kita ketahui, siswa ini sudah pulang sekolah, tapi sampai di perempatan jalan ada laporan mereka berkelahi. Kami para guru tak tahu apa penyebabnya,'' jelas Jeremias.
Menurutnya, setelah mendapat laporan, pihak guru langsung mendatangi tempat peristiwa dan ditemukan seorang siswa yang sudah tak sadarkan diri.
Jeremias mengatakan, untuk mencegah terulangnya peristiwa kekerasan antar siswa, pihaknya akan meminta bantuan Satuan Polisi Pamong Praja untuk berjaga-jaga di lingkungan sekolah dan tempat mangkal para siswa ketika pulang sekolah.
''Kami akan meminta bantuan Sat Pol.PP untuk membantu kami supaya berjaga-jaga di sekolah, sehingga perkelahian siswa tak terjadi lagi,'' ujarnya.
Odewati, orang tua siswa yang menjadi korban tak terima perlakuan terhadap anaknya. Dia kemudian mendatangi Polsek Namrole dan melaporkan peristiwa tersebut.
Laporan yang diterima Bripka Julian Ferdinandus langsung ditindaklanjuti dan menciduk dua siswa berinisial NS dan MSP yang diduga sebagai otak pelaku kekerasan.
Keterangan yang dihimpun dari kepolisian, dimana peristiwa dipicu akibat adanya informasi kepada pelaku bahwa korban ingin mencekal salah satu saudaranya.
Tak terima hal itu, saat pulang sekolah, kedua pelaku yang juga siswa SMP Negeri 3 Namrole ini langsung melabrak korban, sehingga terjadi perkelahian yang tak seimbang yang berbuntut korban dirawat di rumah sakit.
Sebagai orang tua, Odewati sangat menyesali kejadian yang dialami putranya. Namun perempuan ini mengaku persoalan ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan asalkan semua biaya pengobatan ditanggung pihak keluarga pelaku.
“Pelaku ini masih ada hubungan keluarga dengan saya. Tetapi semua biaya rumah sakit ditangani oleh para pelaku, dan madalahnya bisa selesai,'' ujarnya. (N/e)
Sebut saja, Ode Sabarudi, siswa kelas VII SMP ditemukan terkapar di tengah jalan dalam kondisi lebam di beberapa bagian tubuh dan tak sadarkan diri dihajar kelompok siswa lainnya.
Informasi yang diperoleh media ini, Senin (20/2/2017), bahwa aksi kekerasan antar siswa yang terjadi begitu cepat di Namrole, pusat ibukota kabupaten Bursel itu, disaat para pelajar tersebut pulang dari sekolah.
Tubuh bocah malang yang terkapar, kemudian ditolong dan dilarikan para guru ke Rumah Sakit Umum (RSU) Namrole untuk mendapatkan perawatan medis secara intensif.
Salah satu petugas medis di RSU Namrole mengatakan, korban mengalami kekerasan benda tumpul di bagian kepala sehingga tak sadarkan diri. Dan kini korban sementara mendapatkan pertolong pertama.
Wakil Kepala Sekolah SMPN 3 Namrole, Teresya Jeremisa mengaku, perkelahian antara siswanya sama sekali tak diketahui, begitupun latar belakang pemicu perkelahian.
"Tapi yang kita ketahui, siswa ini sudah pulang sekolah, tapi sampai di perempatan jalan ada laporan mereka berkelahi. Kami para guru tak tahu apa penyebabnya,'' jelas Jeremias.
Menurutnya, setelah mendapat laporan, pihak guru langsung mendatangi tempat peristiwa dan ditemukan seorang siswa yang sudah tak sadarkan diri.
Jeremias mengatakan, untuk mencegah terulangnya peristiwa kekerasan antar siswa, pihaknya akan meminta bantuan Satuan Polisi Pamong Praja untuk berjaga-jaga di lingkungan sekolah dan tempat mangkal para siswa ketika pulang sekolah.
''Kami akan meminta bantuan Sat Pol.PP untuk membantu kami supaya berjaga-jaga di sekolah, sehingga perkelahian siswa tak terjadi lagi,'' ujarnya.
Odewati, orang tua siswa yang menjadi korban tak terima perlakuan terhadap anaknya. Dia kemudian mendatangi Polsek Namrole dan melaporkan peristiwa tersebut.
Laporan yang diterima Bripka Julian Ferdinandus langsung ditindaklanjuti dan menciduk dua siswa berinisial NS dan MSP yang diduga sebagai otak pelaku kekerasan.
Keterangan yang dihimpun dari kepolisian, dimana peristiwa dipicu akibat adanya informasi kepada pelaku bahwa korban ingin mencekal salah satu saudaranya.
Tak terima hal itu, saat pulang sekolah, kedua pelaku yang juga siswa SMP Negeri 3 Namrole ini langsung melabrak korban, sehingga terjadi perkelahian yang tak seimbang yang berbuntut korban dirawat di rumah sakit.
Sebagai orang tua, Odewati sangat menyesali kejadian yang dialami putranya. Namun perempuan ini mengaku persoalan ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan asalkan semua biaya pengobatan ditanggung pihak keluarga pelaku.
“Pelaku ini masih ada hubungan keluarga dengan saya. Tetapi semua biaya rumah sakit ditangani oleh para pelaku, dan madalahnya bisa selesai,'' ujarnya. (N/e)