SBY Yang Terzholimi; Berharap Simpati, Berujung Bully!

SBY Yang Terzholimi; Berharap Simpati, Berujung Bully

Penulis : Islamil Ridha

Berbicara tentang Pilkada DKI, tidak hanya berbicara soal siapa yang menang dan siapa yang akan kalah pada pemilihan besok, 15 Februari 2017. Tetapi juga siapa yang paling merugi dalam kontestasi politik lima tahunan tersebut. Kerugian tersebut tidak hanya berupa materil, tetapi juga yang bersifat non-materil.

Untuk itu, kita akan membagi kerugian yang menimpa pasangan calon gubernur dan wakil gubernur tersebut dalam tiga kategori, yaitu kerugian psikologis, sosiologis, dan ekonomis. Tentu, ini kerugian versi saya. Pembaca boleh tidak setuju, setuju, atau mengembangkan asumsi ini.

Yang dimaksud dengan kerugian psikologis ialah semakin masifnya bully (pembunuhan karakter) yang diterima setiap pasangan. Sementara kerugian sosiologis adalah banyaknya pendukung yang awalnya memihak kepadanya, tapi kemudian hilang pada detik-detik akhir menjelang pencoblosan. Sedangkan kerugian ekonomis adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan benda, waktu atau uang.

Dari ketiganya, satu-satunya paslon yang merasakan kerugian sekaligus dan secara bersamaan adalah pasangan nomor urut 1. Bukan hanya imbasnya kepada Agus-Sylvi, yang di bully karena programnya yang tidak jelas, yang ingin mengapungkan Jakarta, tapi juga kepada keluarga besarnya. Mulai dari istrinya, ibunya, hingga bapaknya, SBY. Mereka di bully dan di buatkan meme-meme lucu. Jadilah Agus dan keluarganya bahan tertawaan sewarga Indonesia, seakan masyarakat lupa bahwa SBY pernah menjadi orang nomor satu di negeri ini.

Tidak hanya rugi karena di bully, tetapi juga dari sisi dukungan. Awalnya dukungan begitu besar kepada pasangan Agus-Sylvi. Kita ingat, sejak November 2016 hingga Januari 2017, bisa dibilang pasangan nomor urut satu tersebut merajai lembaga-lembaga survey. Namanya selalu bertengger diurutan atas. Saya malah memprediksi bahwa pasangan ini yang akan maju mendampingi Ahok-Djarot, bertarung memperebutkan kursi DKI diputaran kedua.

Tapi kemudian, tiba-tiba para pendukung Agus-Sylvi banyak yang beralih kepada paslon lain. Survey terakhir menjelang pencoblosan, menunjukkan elektabilitas pasangan Agus-Sylvi yang paling buncit dan terancam terdepak pada putaran pertama. Ini memang bukan hasil final, tapi melihat trend survey dari beberapa lembaga survey yang dinilai kredibel, seperti Poltracking, menunjukkan elektabilitasnya bukan hanya stagnan, tapi terjun bebas hingga di angka 20-an persen saja. Benar-benar memprihatinkan.

Padahal, kerugian dari sisi ekonomi sungguh terbilang banyaknya. Selain dana kampanye yang mencapai 60-an milyar, biaya mengumrahkan para orator demo, juga kucuran dana untuk beberapa aksi-aksi yang mengatasnamakan bela Islam. Kabarnya, ratusan Milyar harus digelontorkan untuk mensukseskan tiap demonstrasi tersebut.

Lalu siapa yang paling diuntungkan? Ya, tentu saja paslon nomor tiga, Anies-Sandi, khususnya Prabowo. Pasangan ini benar-benar memanfaatkan usaha keras dan meminjam tangan Cikeas untuk menjatuhkan Ahok-Djarot. Pemilih yang awalnya cenderung ke Agus-Sylvi itu, kini beralih ke Anies-Sandi. Ini terlihat dengan meningkatnya elektabiltas pasangan tersebut secara signifikan.

Selain itu, nama Prabowo tetap harum di mata pemilihnya. Sudah tak keluarkan banyak uang untuk membiayai Anies-Sandi, lantaran Sandi menjadi calon sekaligus donator utamanya, dapat dukungan gratis pula. Pasangan nomor 3 benar-benar mendapat durian jatuh. Sebaliknya, pasangan nomor 1, sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Apes dah.

Tidak cukup sampai di situ, kini SBY akan memasuki tantangan baru. Tidak tanggung-tanggung Antasari Azhar, Mantan ketua KPK, blak-blakan ngomong di media Televisi bahwa SBY adalah dalang dari kejahatan dan kriminalisasi kasusnya hingga ia terjerumus masuk penjara. Babak baru ini yang bakal menguras banyak perhatian publik. Bagaimanapun, pertarungan antar sesama mantan kali ini begitu mengerikan sekaligus ditunggu.

Rasa-rasanya curhat-curhat pak SBY akan kembali menghiasi dinding-dinding jagad maya, khusus Twitter. Di antara karakter SBY adalah sangat ingin dihargai. Sehingga sedikit saja ia kesentil, langsung memberi pembelaan, konfrensi pers, yang inti pesannya, ia sedang dizholimi. Berharap simpati, malah berujung bully.

SBY begitu berkeinginan di kenang. Karena itu, ia menghabiskan waktunya selama menjabat presiden dengan menciptakan 40 buah lagu. Harapannya, anak-anak Indonesia mendendangkan lagu ciptaannya tersebut. Tapi namanya harapan, kadang tak sesuai kenyataan. Sehingga menjadi wajar, mengapa baru saat ini, SBY begitu bersemangat mencurahkan segenap perhatian dan waktunya untuk Negara. Padahal dia ngaku sendiri kalau seharusnya sudah pensiun.

Jadi kita harus memaklumi beliau. Sebab, terlalu besar cobaan yang harus dihadapinya diusia yang semestinya dinikmati atas kerja dan usaha di masa jayanya. Kabarnya, malam ini beliau akan kembali tampil di tv. Mari kita dengar curahan-curahan hati beliau dengan penuh penghayatan.

Selengkapnya :
http://ift.tt/2kFZ9DN

Subscribe to receive free email updates: