Ketika yang Onoh Siap Revolusi, Habib Lutfi bin Yahya Siap Bela NKRI
Penulis : Ardy Yansyah
Habib Lutfi bin Yahya adalah sosok Habib yang tidak bisa diragukan sebagai seorang Habib yang cinta kepada NKRI. Pada tahun 2016, Habib Lutfi mengadakan pertemuan di Pekalongan dalam rangka untuk ikrar bela negara.
Lebih dari 40 Ulama dari semua negara hadir di Indonesia untuk menyatakan nasionalisme di negaranya masing-masing. Habib Lutfi bahkan mengumpulkan 1000 santri untuk ikrar bela negara dari ancaman terorisme dan radikalisme.
Bagi Habib Lutfi, bela negara sangatlah penting, karena Indonesia merdeka bukan pemberian penjajah, melainkan hasil usaha sendiri, yang banyak memakan korban anak bangsa.
Dalam membela bangsa ini, tak sedikit pahlawan yang gugur. Jalan bersimbah darah, para pahlawan dengan keyakinannya berperang untuk melawan penjajah.
Apapun agamanya, apapun sukunya, apapun rasnya, berjuang dengan darah dan nyawa mereka demi Indonesia merdeka.
Hal ini yang harus diperhatikan setiap anak bangsa, bahwa masa penjajahan adalah masa paling suram, ketika merebutkan kemerdekaan Indonesia adalah masa paling susah, sehingga kita diharapkan untuk senantiasa mempertahankan Indonesia dari perang agama.
Meskipun sekarang lagi buming kata-kata revolusi dan jihad di Indonesia, kemudian menghasut bahwa umat Islam di Indonesia sedang tertindas, tapi Habib Lutfi dengan sigap terus memberikan semangat untuk bela negara.
Habib Lutfi sendiri adalah ketua Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdiyyah (JATMAN) yaitu tempat berkumpulnya para ahli tarekat yang mu’tabar di Indonesia.
Presiden Jokowi dan Menkopulham bahkan mengunjungi rumah Habib Lutfi bin Yahya untuk meminta nasehat agar negara ini aman dan damai.
Adapun hasil dari ikrar bela negara ialah, bahwa membela negara hukumnya wajib, bahkan penulis tafsirkan, wajib dalam kategori fardhu ‘ain (kewajiban individual) bukan fardhu kifayah (kewajiban kelompok).
Kemudian, setiap muslim harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi terhadap negara, karena dengan adanya rasa nasionalisme, setiap anak bangsa akan cinta kepada tanah airnya, dan cinta tanah air sebagian dari iman “Hubb Al-Wathan Min Al-Iman.”
Hal ini sangat menyakitkan bagi kaum titik titik, karena bagi mereka, nasionalisme tidak ada dalilnya, padahal, NU sendiri telah menjelaskan seribu dalil nasionalisme, tetapi memang, karena kaum titik titik tidak akan pernah mengerti atau bahkan tidak ingin tahu.
Adapun ikra bela negara, Habib Lutfi lakukan ketika Timur Tengah terpecah belah dalam konflik sektarian, kemudian isu sektarian ini mencoba masuk ke Indonesia, agar Indonesia tidak terpecah ke dalam perang sektarian, Habib Lutfi mengadakan ikrar bela negara.
Lihat, Habib Lutfi adalah Ulama, bahkan Jokowi sowan (berkunjung) kerumah Habib Lutfi, lalu kenapa ada statment, rezim Jokowi memusuhi Islam?
Bahkan menyudutkan Ulama?
Kyai NU, situs NU, santri NU, Pesantren NU, Sekolah Muhammadiyah, Siswa Muhammadiyah, Pesantren Nahdlatul Wathan di NTB dan NTT, tarekat-tarekat di Indonesia, tidak pernah dilarang, dibunuh, bahkan diganggu.
Situs NU dan situs Muhammadiyah juga masih eksis.
Lalu apa yang harus ditakuti?
Sungguh kita harus meniru Habib Lutfi bin Yahya. Beliau lah yang membuktikan bahwa Ulama dan Umara (pemerintah) bisa bersatu. Ketika Haul Gus Dur, semua elit politik, Ulama Islam, para santri bersatu untuk memperingati haul Gus Dur.
Ini membuktikan pemerintah tidak anti Islam, justru pemerintah melindungi umat Islam dan segenap keyakinan yang ada di Indonesia, selama patuh dengan hukum di Indonesia.
Oke jika KH. Said Agil Siradj ketika bertemu Presiden Jokowi dianggap penjilat pemerintah, karena beliau di tuduh dengan sebutan liberal, tapi apakah Habib Lutfi, seorang Habib yang menjunjung NKRI, akan di tuduh sebagai Ulama penjilat? Silahkan tanyakan dan lihat sendiri komenan-komenan orang yang membenci NU.
Link Sumber