Ngakak Bikin Perut Sakit! Buni Yani Pahlawan Islam Medsos, Gelar Seabal-Abal Gubernur dan Habib Palsu!

Buni Yani Pahlawan Islam Medsos, Gelar Seabal-abal Gubernur dan Habib Palsu

Penulis : Alifurrahman

Akhirnya sesuatu yang begitu menyakiti ummat Islam kini sudah mencapai titik maksimal. Sudah sangat-sangat keterlaluan. Buni Yani dinobatkan sebagai pahlawan islam medsos oleh FPI. Penghargaan secara simbolis diberikan oleh KH Nasir Zein di Masjid Baiturrahman Menteng.

Sebelum membahas lebih lanjut soal penghargaan pahlawan Islam medsos, penting rasanya untuk melihat siapa Buni Yani dan mengapa sampai diberi gelar pahlawan Islam medsos.

Buni Yani adalah orang yang menyebarkan video pendek Ahok yang sudah dipotong. Kemudian ditambahkan transkrip yang tidak sesuai dengan isinya sehingga berhasil membodoh-bodohi masyarakat Indonesi. Buni Yani menuliskan:

PENISTAAN TERHADAP AGAMA? (menggunakan tanda tanya, tapi seolah-olah menyatakan)


“Bapak ibu (pemilih muslim)…dibohongi surat Almaidah 51….(dan) masuk neraka (juga bapak ibu) dibodohi”

Padahal perkataan Ahok yang asli adalah:

“Jadi saya cerita ini supaya bapak ibu semangat. Ga usah kepikiran ‘ah nanti kalau ga kepilih, pasti Ahok programnya bubar’ nggak, saya sampai Oktober 2017. Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin pake surat almaidah 51 macem-macem itu. Itu hak bapak ibu ya.

Jadi kalau bapak ibu perasaan ga bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya, gapapa. Karena ini kan panggilan pribadi bapak ibu. Program ini jalan saja. Jadi bapak ibu ga usah merasa ga enak. Dalam nuraninya ga bisa pilih Ahok, ga suka sama Ahok nih, tapi programnya kalo gue terima ga enak dong gue hutang budi, jangan!”

Sangat jauh berbeda kan? Namun meski sudah memprovokasi dan menuliskan sesuatu yang tidak benar dan tidak sesuai dengan apa yang dikatakan Ahok, pada intinya Buni Yani berhasil membuat MUI memberi jawaban. Buni Yani bertanya “penistaan terhadap agama?” kemudian MUI menjawab lewat fatwa “Ahok menghina Alquran dan ulama.”

Jika ditelusuri lebih lanjut, Ahok dikatakan menghina ulama karena pernyataan “jangan mau dibohongi orang pakai Almaidah 51.” MUI menafsirkan bahwa kata “orang” sudah pasti ulama, sehingga kemudian Ahok disebut menghina ulama. Padahal orang tak lulus SD pun tau bedanya kata orang dan ulama. Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya di: http://ift.tt/2eIIRv4

Tapi apapun itu, dari sinilah kemudian aksi 411 dan 212 muncul. Dari sinilah kemudian ada gerakan pengawal fatwa MUI yang menafsirkan orang sebagai ulama. FPI merasa punya alasan untuk meyakini bahwa Ahok memang bersalah. Masyarakat awam yang tidak paham apa-apa dan belum pernah melihat video Ahok, akan tutup mata dan dengan mudah mengatakan bahwa Ahok memang bersalah, sebab MUI sudah keluarkan fatwa. Inilah yang membuat saya menulis bahwa kita harus berjihad melawan MUI: http://ift.tt/2itzBfM

Nah, dari kekisruhan yang ditimbulkan oleh Buni Yani dan kemudian dilanjutkan oleh MUI, sekarang muncul penghargaan pahlawan Islam medsos untuk Buni Yani. Ini benar-benar keterlaluan. Bagaimana bisa seorang yang memprovokasi ummat islam kemudian diberi gelar pahlawan? Bagaimana seseorang yang sekarang sedang menjadi tersangka kemudian diberi gelar pahlawan? Bagaimana seorang yang action dan berbohong ditahan Polisi, sekarang malah diberi gelar pahlawan? Pahlawan Islam lagi. Astaghfirullah…!! ampuni ummat FPI dan yang secingkrangan dengannya.

Sebagai orang Islam saya sangat tersinggung. Atas dasar apa Buni Yani diberi gelar pahlawan Islam medsos? Apakah provokasi dan berbohongnya itu bagian dari ajaran agama Islam, sehingga layak diberi gelar pahlawan? Tau apa Buni Yani soal agama Islam? berapa ayat yang dia hafal? Kitab apa yang dia kuasai? Pernah menulis apa tentang Islam?

Maaf emosi. Tapi setelah beristighfar dan merenung, saya akhirnya paham bahwa ini hanyalah dagelan FPI dan yang secingkrangan dengannya. Sebagai pembaca seword yang waras dan cerdas, kita harus mengalah pada sekelompok orang titik-titik tersebut. Yang waras ngalah.

Pada 2014 lalu FPI mengangkat Fahrurrozi sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dilantik secara resmi oleh kalangan secingkrangan -tapi sampai sekarang masih mendemo Ahok, padahal mereka sudah punya Gubernur sendiri. Jadi kalau sekarang FPI dan yang secingkrangan dengannya mendaulat Buni Yani sebagai pahlawan medsos dengan kapasitas provokator dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, seharusnya kita bisa bersabar dan menahan diri. Sebelumnya mereka mengangkat Gubernur sendiri kok.

Dengan ini, diangkatnya Fahrurrozi sebagai Gubernur dan Buni Yani sebagai pahlawan Islam medsos, semakin menegaskan bahwa FPI cukup syarat untuk disebut ormas pemberi gelar abal-abal. Jadi ke depan kita jangan terlalu pecaya dengan ulama dari FPI atau orang-orang yang mengaku habib, sebab itupun bisa jadi hanyalah gelar sepihak tanpa alasan dan faktor yang jelas.

Contoh saja seperti Novel Bamukmin yang mengaku Habib, kemudian dibantah oleh DPP Rabithah Alawiyah “Novel Bamukmin itu bukan sayyid apalagi habib.” Bayangkan, sayyid saja bukan, tapi malah mengaku-ngaku habib.

Sayyid Zen menjelaskan bahwa setiap habib pasti sayyid (keturunan Nabi), namun setiap sayyid tidak otomatis habib. Seorang habib harus sesuai diakui oleh komunitas dengan berbagai persyaratan yang sudah disepakati. Antaranya cukup matang dalam hal umur, harus memiliki ilmu yang luas, mengamalkan ilmu yang dimiliki, ikhlas terhadap apapun, wara atau berhati-hati serta bertaqwa kepada Allah. Tapi kalau melihat habib-habib FPI, terutama Rizieq, itu sama sekali tidak menunjukkan sifat seorang habib. Bagaimana bisa dia disebut habib kalau ceramahnya hanya seputaran orasi demo seperti yang sudah saya bahas sebelumnya: http://ift.tt/2feYiq1

Sebagai muslim, sebagai warga yang waras, mari biarkan FPI dan yang secingkrangan dengannya memberi gelar-gelar sesuka hati mereka. Mulai dari menggelari dirinya sendiri sebagai habib, mengangkat Gubernur dan sekarang mendaulat pahlawan islam medsos. Entah setelah ini gelar apa lagi. Namun semoga rakyat Indonesia pada akhirnya paham bahwa mereka hanyalah sekelompok orang titik-titik yang memang kerap memberi gelar abal-abal demi tujuan yang tidak waras.

Selengkapnya :
http://ift.tt/2itGYUA

Subscribe to receive free email updates: