Mari Berjihad Lawan PKS, #SaveNKRI...

Mari Berjihad Melawan PKS, Save NKRI

Penulis : Alifurrahman

Akhir-akhir ini saya melihat opini publik terkait isu-isu sensitif sudah sangat tidak sehat lagi. Ada kelompok yang kerap mengkafir-kafirkan orang lain hanya berdasarkan penafsiran dangkal, ada kelompok yang memaksakan khilafah di Indonesia, ada yang berpikir dangkal dan kerap menyebar kebencian serta hoax sehingga kemudian menimbulkan perpecahan antar sesama rakyat Indonesia.

Untuk itu saya pikir penting untuk disampaikan secara terbuka, untuk mengajak rakyat Indonesia melawan kelompok-kelompok yang selama ini menjadi sumber keributan. Selain itu, mereka juga secara otomatis membuat agama Islam menjadi buruk di kalangan non muslim. Islam jadi terlihat seperti agama yang tidak ramah, tidak memanusiakan manusia dan seterusnya.

PKS merupakan satu-satunya partai Islam yang paling sering membuat keributan dengan cyber armynya. Mengapa PKS harus dilawan? Sebab mereka mencekoki kadernya dengan doktrin semua salah orang di luar PKS dan membentuk kelompok eksekutif yang secara otomatis memandang rendah kelompok lain.

Contoh kongkritnya adalah saat terjadi kasus korupsi yang menimpa ketua umum PKS Lutfi Hasan Ishaq. Kita tidak bisa melupakan bagaimana Hidayat Nurwahid menyatakan ingin membentuk tim investigasi, karena mencurigai adanya konspirasi zionis. Pernyataan ini diberitakan di semua media mainstream, sehingga membuat kader-kader akar rumputnya kemudian bersorak dan parahnya meyakini bahwa memang ada konspirasi zionis. Coba saja anda tanya kepada kader PKS, apakah Lutfi benar korupsi? Jawabannya pasti tidak. Mereka tidak percaya Lutfi korupsi.

Yang menjadi masalah kemudian, saat mereka terkena kasus, atau isu apapun yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan agama Islam, mereka jadikan masalah keagamaan. Jadi saat Lutfi ditangkap KPK, opini yang digulirkan adalah ada yang menyerang Islam, ada yang ingin Islam di Indonesia hancur. Padahal itu tak ada hubungannya sama sekali. PKS hanya partai politik dan sama sekali tidak mewakili masyarakat muslim di Indonesia, lihat saja suara mereka di pemilu, boleh dibilang hanya partai gurem sekelas Demokrat.

Untuk itu sangat penting untuk berjihad melawan PKS. Sebab ini soal ideologi dan doktrin yang ditancapkan pada kader-kadernya untuk membuat keributan, menghambat kemajuan, serta mensosialisasikan kebodohan di Indonesia.

Kasus terbaru adalah soal design uang rupiah yang juga dikait-kaitkan dengan Islam dan Alquran. Dwi Estiningsih mempersoalkan pahlawan kafir (non muslim) yang ada di uang kertas baru yang dikeluarkan BI. Padahal pahlawan adalah pahlawan, mempersoalkan kafir dan muslim sama saja mempersoalkan kemerdekaan Indonesia. Apapun agama seorang pahlawan, itu tidak akan membuatnya lebih buruk dari yang masih hidup sekarang seperti Dwi Estiningsih dan kader-kader PKS lainnya.

Dwi Estiningsih tidak pantas mempersoalkan pahlawan yang non muslim dan berada di uang kertas rupiah. Sebab tak ada hubungannya antara uang kertas, pahlawan dan non muslim. Tidak pantas dijadikan isu keagamaan.

Contoh terakhir dari saya adalah Gubernur Jawa Barat, Aher. Dia ini adalah sosok yang sangat merepresentasikan bagaimana doktrin dan ideologi PKS yang salah kaprah dalam memanfaatkan agama Islam. Saat wilayah Jawa Barat banjir, Aher berdoa semoga tidak hujan. Saat ada sampah horor, Aher mengusulkan hukum haram membuang sampah di sungai.

“Ya kalo hujannya sudah nggak ada, udah panas lagi ya pasti banjirnya otomatis reda kan,” kata Aher.

Ini apa-apaan? Banjir itu soal air yang tidak terserap dengan baik, jadi harusnya dibuat serapan atau aliran air supaya tidak terjadi banjir, bukan malah berdoa supaya tidak hujan. Ya tidak salah juga berdoa supaya tidak hujan, tapi kalau hanya berdoa lantas apa gunanya Gubernur? Yang untuk memilihnya harus melewati serangkaian proses melelahkan dan biaya sangat mahal.

Ideologi dan doktrin yang sangat buruk ini tidak boleh dibiarkan, harus kita lawan. Cerita tentang Dwi Estiningsih, Aher dan Lutfi Hasan Ishaq hanyalah contoh kongrkit bahwa mereka selalu mengkait-kaitkan sebuah kebijakan dan kejadian menjadi masalah agama. Sehingga kalau kita menjadi lawan mereka, kemudian diposisikan melawan agama Islam. Jika ideologi mereka dibiarkan, ini akan membahayakan keutuhan NKRI, atau minimal menghambat kemajuan negara ini. Lihat saja Jawa Barat, 10 tahun dikuasai Aher PKS, menjadikan mereka sebagai provinsi dengan jumlah rakyat miskin paling banyak di Indonesia, menurut data BPS. Padahal Jawa Barat adalah provinsi terdekat dengan Ibu Kota, pusat ekonomi negara ini. Jika ada yang bertanya mengapa mereka malah menjadi provinsi dengan jumlah rakyat miskin terbanyak? Jawabannya pasti karena provinsi tersebut dikelola dengan cara yang salah. Ada banjir? Didoakan supaya tidak hujan. Ada sampah? Diusulkan haram buang sampah di sungai. Ada yang sakit? Didoakan segera sembuh.

Hal ini semakin buruk ketika Jawa Barat juga menempati posisi pertama di Indonesia sebagai provinsi dengan kasus paling banyak kasus pelanggaran hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan. Provinsi paling intoleran. Sebab mereka memiliki Gubernur PKS dan menjadi lumbung suara PKS. Banyak hal mereka kaitkan dengan agama, dan disuarakan dengan sentimen negatif khas PKS. Lihatlah Dwi Estiningsih dengan istilah pahlawan kafir, Hidayat Nurwahid dengan menuduh konspirasi zionis.

Sementara kalau dibantah dengan data, mereka berlindung dengan tameng agama dengan cara dan tafsir yang salah kaprah. Kan memang kita harus berdoa? Kan dalam Alquran memang disebut bahwa non muslim itu kafir? Kan kafir itu memang selalu memusuhi Islam dan tidak akan berhenti sampai kiamat?

Terakhir, ini bukan sebuah kebetulan. Fenomena PKS dengan segala doktrinnya adalah sesuatu yang harus kita lawan untuk menjaga keutuhan NKRI. Bukan sebuah kebetulan kalau para pendemo 411 dan 212 dengan jumlah terbanyak adalah provinsi Jawa Barat. Bukan sebuah kebetulan kalau pembubaran kebaktian terjadi di Jawa Barat. Semuanya adalah satu kesatuan tak terpisahkan dari doktrin, ideologi yang dibawa oleh PKS dan sekarang menguasai Jawa Barat. Menggunakan agama sebagai dagangan menuju tangga kekuasaan, menggunakan sentimen agama sebagai tameng untuk membenci nonmuslim dan tidak mau mengakui kesalahannya. Menggunakan agama untuk membenarkan hal yang salah tanpa perbaikan.

Selengkapnya :
http://ift.tt/2hA8TOu

Subscribe to receive free email updates: