Minum Teh dan Makan Ikan Bakar, Sentilan Kecil Megawati untuk Seorang SBY...

Sentilan Kecil Megawati untuk SBY

Penulis : Yon Bayu

Megawati Soekarnoputri menyentil Susilo Bambang Yudhoyono saat jumpa pers bersama Presiden Joko Widodo. Menurut Megawati, kedatangan ke istana dalam kapasitasnya sebagai Presiden kelima, bukan Ketua Umum PDIP Perjuangan, karena ingin ikut membantu pemerintah di tengah situasi politik yang tengah memanas. Penegasan jika dirinya datang sebagai mantan Presiden, juga ditunjukkan dengan tidak adanya kader partai yang menemani selama pertemuan tersebut.    

Meski terkesan bercanda, namun sebenarnya memiliki makna sangat dalam. Megawati tengah menyentil SBY. Sebagai mantan Presiden, seharusnya memiliki kepedulian terhadap kondisi negara saat ini sehingga SBY tidak perlu menunggu dikunjungi, tetapi berlaku seperti dirinya, yang berinisiatif datang ke istana. 

Sasmita itu semakin tegas ditujukan kepada SBY ketika Megawati mengatakan dirinya meminta izin kepada Presiden Jokowi untuk berkomunikasi dengan partai politik pendukung pemerintahan seperti dikutip dari KOMPAS.com. Padahal siapapun tahu, Megawati tidak membutuhkan izin Presiden untuk bertemu dengan para ketua atau pimpinan partai politik manapun. 

Megawati tengah memberikan “contoh” terkait unggah-ungguh, perilaku. Meski dirinya ketua umum partai pengusung, dan Jokowi “petugas partai” tetapi dalam kondisi dan situasi tertentu, dirinya yang harus “sowan” ke istana. Terlebih di kala negara membutuhkan sumbangsih pemikiran dan juga kesatuan tekad untuk menghadapi ancaman yang berpotensi meruntuhkan sendi-sendi demokrasi. 

Sudah sepantasnya para tokoh, terlebih mantan Presiden membantu Presiden menghadapi ancaman tersebut. Jokowi sendiri sudah mengisyaratkan dirinya siap bertemu dengan SBY. "Ya, nanti semuanya akan kita atur," ujar Jokowi di sela-sela kunjungan Megawati. Bukan tidak mungkin sebelumnya Jokowi dan Megawati juga sudah sempat membahas “posisi” SBY. Sebab “perseteruan” Megawati dan SBY bukan rahasia lagi karena sudah berlangsung selama satu dasawarsa lebih. 

Fakta itu yang bisa menimbulkan bermacam-macam tafsir manakala tiba-tiba Jokowi melakukan pertemuan dengan SBY tanpa “pemberitahuan” terlebih dahulu kepada Megawati. Akankah SBY berkunjung ke istana? Ataukah masih membutuhkan “sentilan-sentilan” lain? Semoga SBY seorang negawaran sehingga berani membuang ego pribadi demi kepentingan yang lebih luas. 

Bahwa ada syarat-syarat tertentu, atau ada keinginan-keinginan tertentu, alangkah baiknya dibahas dalam ruang tertutup karena rakyat tidak membutuhkan. Rakyat hanya ingin hidup damai, di dalam negara yang kuat, yang memiliki kepastian hukum dan keadilan ekonomi. Kunjungan ke istana, tidak akan melunturkan wibawa dan posisi tawar SBY. Rakyat justru akan mengapresiasi karena mau mendatangi “lawan” yang sangat ini tengah didera isu- meminjam istilah Kapolri Jenderal Tito Karnavian, makar. 

Bukankah dulu ketika Jokowi berkunjung duluan ke kediaman Prabowo sebelum dirinya dilantik menjadi Presiden, juga menuai pujian karena dianggap telah ngewongke lawannya? Kedatangan SBY ke istana sekaligus bisa dimanfaatkan untuk meluruskan rumor “posisi” Cikeas dalam berbagai demo pasca mencuatnya kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI (non aktif) Basuki Tjahaja Purnama. 

Maknanya tentu akan lain manakala “klarifikasi” bahwa Cikeas tidak berada di balik demo, dilakukan SBY di dalam istana, bukan di kediamannya.  SBY pasti tahu filosofi yang menjadi pegangan hidup para negarawan. Rivalitas politik bukan alasan untuk meniadakan silaturahim meski silaturahim juga bukan untuk mengubah garis politiknya. Semoga pertemuan Presiden Jokowi dengan SBY bisa sedikit meredakan ketegangan politik yang saat ini (konon) sudah memasuki fase “merah”.

Selengkapnya : 
http://ift.tt/2flLXUc

Subscribe to receive free email updates: