Hadiri Program ILC TVOne, Strategi Cerdas Jendral Gatot dan Tito Buktikan Patuh Ke Presiden Jokowi...

ILC: Strategi Cerdas Tito, Gatot Tegaskan Patuh Pada Presiden

Penulis : Alifurrahman

Melihat ILC malam tadi, ada beberapa hal menarik. Lucu, unik dan titik-titik. Namun pada intinya, provokasi terhadap Kapolri dan Panglima TNI benar-benar bisa dipatahkan.

Lucu karena ada orang yang memakai peci putih dan katanya ustad, Ahmad Alkaff, mengelak dan tidak mau menyebut bahwa ada kerusuhan dalam aksi damai 4 November. Dengan segala logika-logikaannya, dia menyatakan bahwa sampai akhir tidak ada kerusuhan. Sampai malam tidak ada kerusuhan. Soal pembakaran dan sebagainya itu juga bukan kerusuhan katanya.

Entah apa yang ada dalam pikiran para hadirin dan yang nonton semalam, tapi yang jelas Kapolri Tito tersenyum menahan tawa, begitu juga dengan Karni dan orang-orang yang tersorot kamera. Kalau saya di rumah sudah terbahak-bahak, hahahaha.

Kenapa saya tertawa? Sebab sebelum si ustad ini bicara, Kapolri Tito sudah bercerita bahwa memang ada sikap yang tidak damai. Ada panah yang diambil dari potongan pagar, pendemo juga membawa bendera dengan bambu runcing. Sehingga itu digunakan untuk menusuk Polisi. Saat Polisi diam berdzikir, mereka lempari botol air, bahkan ada Polisi yang sampai gegar otak karena diinjak pendemo. Sebab Polisi memang tidak boleh melawan. Semuanya dijelaskan secara gamblang oleh Kapolri Tito, dan provokasi pelemparan pada petugas sudah terjadi sejak jam 2 siang.

“Kita sudah setting, di depan itu Polwan dengan jilbab. Mereka tadinya akan kami berikan permen dan lain-lain, supaya simpatik. Kemudian kita juga menyiapkan tim yang dzikir dan tim asmaul husna. Sehingga dapat menyentuh hati para demonstran. Saat mereka dilempar, mereka justru membaca dan berdzikir. Jadi mereka hanya bertahan tidak melakukan apa-apa,” cerita Tito.

Pembakaran juga terjadi, jelas. Namun kenapa hal-hal yang seperti ini tidak mau diakui? Tidak ada satupun dari mereka mau mengakui dan meminta maaf bahwa gara-gara mereka, hal-hal buruk ini terjadi. Tak ada yang mau mengambil tanggung jawab ini.

Satu lagi catatan saya tentang si ustad ini, dia mengklaim bahwa MUI adalah perwakilan ulama, dan yang paling tau tentang ajaran agama Islam, bukan Polisi dan sebagainya. Sehingga inilah yang kemudian menjadi legitimasi bahwa Ahok salah. Sebuah penggiringan opini yang luar biasa, apalagi dengan semangat berapi-api.

Kemudian ada juga perwakilan dari MUI, Zainut Tauhid. Ini ada cerita menarik mengapa orang ini bisa muncul di ILC. Seharusnya tadi yang jadir adalah Kyai Said dari NU, namun tiba-tiba yang hadir adalah Zainut Tauhid mewakili MUI.

Cerita ini menjadi semakin menarik karena Zainut Tauhid adalah anggota DPR dari PPP. Namun memang merupakan Waketum MUI. Jika melihat alurnya, ini jadi mirip BPK yang salah menentukan posisi tanah Sumberwaras sehingga menyimpulkan ada kerugian negara. Kemudian audit BPK itu dijadikan legitimasi bahwa Ahok pasti salah. Sekarang fatwa MUI, dijadikan legitimasi bahwa Ahok salah. 

Padahal MUI salah paham soal orang dan ulama, Ahok mengatakan “orang-orang” membodohi pakai Almaidah 51, tapi kemudian MUI menyimpulkan bahwa orang-orang tersebut adalah ulama, sehingga Ahok dicap melecehkan ulama. Sudah saya bahas sebelumnya: http://ift.tt/2fA9ba4

Kita tau bahwa ketua MUI merupakan mantan wantimpres SBY, sementara wakilnya adalah DPR fraksi PPP, partai yang sekarang mendukung pasangan Agus Sylviana. Sulit untuk diterima bahwa kengototan Zainut untuk datang ke ILC adalah hal yang biasa, sekalipun memang Waketum MUI. Kita sebagai rakyat juga bertanya-tanya, betapa lucunya ketika MUI ternyata diisi oleh politisi?

Orang seperti Zainut, Aa Gym dan Alkaff semuanya memiliki kelucuan masing-masing. Aa Gym contohnya, bercerita dananya surplus, banyak, berlebih. Karena ini soal hati, katanya. Tapi faktanya, banyak pendemo tak bisa pulang dan harus diongkosi oleh pemerintah. Alkaff, seperti yang saya ceritakan, tak mau menyebut ada kerusuhan. Sementara Zainut, ya ini sih politisi pendukung Agus Sylviana, menyusup ke ILC sebagai Waketum MUI.



Tapi ya sudahlah, mereka tidak terlalu penting bagi keutuhan negara ini. Sebab apa yang mereka bicarakan, sebagian tidak sesuai dengan di media sosial. Apa yang mereka tuntut, sebenarnya sudah dilaksanakan oleh Polri. Sehingga lucu kalau masih mendukung aksi demo.

Saya mengapresiasi keberanian Buya Syafiie Maarif dalam menyatakan pendapat. Sehingga kehadirannya di ILC membuat keder ulama-ulamaan.

Saya mengapresiasi Kapolri Tito yang berani menceritakan secara detail bahwa memang ada provokasi dan aksi-aksi anarkis. Saya mengapresiasi keberanian Tito dalam menceritakan dengan gamblang, bahwa tuntutan pendemo ini sangat titik-titik (saya sudah janji tidak mau mencemooh hari ini).

Bayangkan, pendemo menuntut Ahok diproses hukum. Kapolri sudah memproses, tapi malah FPI yang mengulur-ngulur waktu. Mereka mendemo Istana karena Presiden dianggap melindungi Ahok dan diam, padahal Presiden sudah memberi pernyataan. Mereka mendemo menuntut penegakan hukum, padahal proses sedang digulirkan. Dan yang paling titik-titik, Tito juga bercerita tentang tuntutan pendemo yang meminta Ahok ditangkap hari itu juga. Hahaha lucu!

Saya juga mengapresiasi Panglima TNI Gatot yang datang ke ILC seolah membawakan slide presentasi Presiden Jokowi. Gatot menjelaskan kondisi ekonomi lengkap dengan statistik dan datanya, sehingga menjadi kerugian luar biasa kalau kita malah ribut sendiri. Karena nanti negara asing akan memanfaatkannya, dan demo-demo anarkis seperti 4 November bisa dimanfaatkan oleh mereka.

Tidak hanya itu, Gatot juga menegaskan bahwa dirinya taat dan patuh pada Presiden.

“Bung Karni, dalam situasi seperti ini, sampai kemarin, Presiden ada, Pak Tito diwakili Kapolda karena Pak Tito lagi di Bali, Presiden memerintahkan, sebagai panglima tertinggi, saya perintahkan kepada TNI, jaga kebhineka tunggal ikaan. Dan TNI sebagai garda terdepan, dalam mengelola, menjaga bhineka tunggal ika. Serta menghadapi setiap kekuatan yang ingin mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa. Itu satu Pak, maka beliau adalah atasan saya.

Saya sebagai ummat muslim, saya pernah bersumpah pasa tanggal 15 Maret 1982. Antara lain, demi Allah saya bersumpah, di atas Alquran ini Pak Karni, setia kepada negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Nomer satu.

Saya singkat nomer tiganya, demi Allah saya bersumpah, taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan. Apabila saya sekarang berkeinginan menjadi Presiden, maka saya melanggar sumpah saya.

Umur saya sudah 56 Pak Karni, kata ustad-ustad saya bilang, kehidupan di dunia itu hanya sekejap mata saja. Kehidupan abadi di sana. Saya lebih baik menjadi tumbal untuk melaksanakan tugas menjaga kebhineka tunggal ikaan, daripada saya jadi Presiden.”

Pernyataan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan Kapolri Tito Karnavian membantah semua provokasi pecah belah yang coba dilancarkan oleh kubu Gurita. Kapolri jelas mengkonfirmasi bahwa ini bukan soal tuntutan kasus hukum Ahok. Sementara Panglima TNI menyatakan bahwa Presiden Jokowi adalah atasannya.

Setelah ini entah apa lagi yang akan dilancarkan oleh kubu Gurita yang sering hambalangan itu. Minimal sekarang rayuan Fahira Idris terhadap Gatot tidak direspon. Bertepuk sebelah tangan. Ya doakan saja Fahira tidak merayu lebih hot lagi dan nekat pakai parfum seliter sebelum ketemu Gatot.

Selengkapnya :
http://ift.tt/2ejfBKU

Subscribe to receive free email updates: